Wednesday, September 16, 2015

Akhirnya Berhasil Menanam Kangkung Di Daerah Empat Musim

Sebagai penyuka dan pemakan hampir segala jenis sayuran, jenis sayuran berdaun hijau ini mempunyai tempat yang khusus di hati saya. Kangkung dan keluarga kami  mempunyai sejarah panjang yang tidak mudah dilupakan begitu saja baik suka maupun duka. Dulu, pada waktu saya masih kanak-kanak dan menjalani masa remaja, sayuran ini seringkali hadir di meja makan keluarga. Karena keterbatasan keuangan keluarga pada saat itu, biasanya Mama hanya mengolah dan menyajikannya sebagai tumis kangkung polos dengan bawang putih. Polos artinya tanpa tambahan protein apapun. Begitu seringnya kami makan tumis kangkung, seringkali terlontar komentar: "Kangkung lagi kangkung lagi, bosan ah...". Pada masa itu kangkung  air yang segar-segar dan berdaun lebar mudah sekali didapatkan karena kami tinggal di Sukabumi, kota berudara sejuk yang terkenal dengan moci dan juga kangkungnya. Bisa dikatakan kangkung Sukabumi cukup populer bagi turis-turis lokal dari Jakarta. Popularitas dan kualitas kangkung Sukabumi tidak kalah dengan yang berasal dari Lombok.

Menginjak masa remaja dan harus kuliah di Jakarta, menu kangkung juga sering muncul di catering mingguan tetapi jenis kangkung yang ditanam di Jakarta lain dengan yang ada di Sukabumi. Jenis kangkung darat yang kecil-kecil berdaun tirus dan berwarna hijau muda membuat apresiasi kangkung air yang biasa kami konsumsi naik kembali. Rasanya yang renyah dan segar membuat rasa kangen sering mencuat. Pada saat itu juga saya mulai  menikmati menu berbahan dasar kangkung seperti mie kangkung dan  kangkung hot plate terutama bila mampir di rumah makan seafood.

Ketika kami hijrah ke Amerika Serikat, kangkung juga menjadi salah satu top list khusus bila kami pergi ke Asian market. Tidaklah mudah sayuran yang satu ini dapat dibeli karena kami tinggal di daerah beriklim empat musim. Rasanya bila menemukan kangkung, seperti menemukan bongkahan emas atau menang jackpot. Bila berhasil menemukannya pun, harganya cukup mahal dibandingkan dengan jenis sayuran umum yang umum dimakan bule seperti wortel, selada dan brokoli. Bila di Indonesia kangkung identik dengan sayuran yang murah meriah dan sering dianggap tidak berkelas disini bagi kami  naik status menjadi sayuran mewah.

Nah karena rasanya tidak rela merogoh kocek terlalu dalam untuk menikmati sepiring tumis kangkung kesukaan saya di masa kecil, terpikir kenapa tidak mencoba menanamnya sendiri. Dengan menanamnya sendiri, tidak perlu jauh-jauh ke Asian grocery untuk membelinya dan  bisa menikmatinya kapan saja karena kadang kala persediaan di grocery  tidak segar lagi ataupun bahkan tidak ada.  Hal yang utama bagi saya tentunya menghemat uang dapur tapi tetap dapat menikmati sepuasnya sayuran langka dan mewah ini.

Menanam Kangkung Di Daerah 4 Musim
Kebun Kangkung Mini Saya       

 

Setelah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber, terutama internet dimulainya proyek berkebun kangkung. Di bawah ini kebun kangkung mini saya pada tanggal 8 September 2015. Benih disemaikan pada sekitar akhir bulan April dan awal bulan Mei setelah udara mulai hangat dan seluruh salju mencair. Benih dan anakan kangkung ditaruh dalam ruangan yang terkena matahari karena udara pada saat itu belum terlalu panas dan suhu pada malan hari masih terlalu dingin. Pohon kangkung muda dipindahkan ke kebun pada awal bulan Juni 2015.


Panen Kangkung minggu ke dua bulan September 2015

 

Selama masa tanam tahun 2015, saya sudah beberapa kali panen raya. Cukup senang dan bangga rasanya bisa memetik kangkung organik hasil kebun sendiri.  Kalau dulu di Indonesia sering mengeluh karena bosan memakannya, sebaliknya di sini kami dalam seminggu bisa 3-4 kali hasil olahan kangkung hadir di meja makan dan sampai saat ini belum ada yang berkeluh kesah kebosanan. Bahkan anak saya yang sulit makan sayuran pun bisa menikmatinya.

anakan kangkung
Anakan kangkung




No comments:

Post a Comment